Rabu, 12 Juni 2013
ASKEB Infeksi Payudara pada Ibu Nifas
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perempuan mendapatkan anugerah untuk dapat hamil, melahirkan, dan menyusui. Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu didunia berhasil menyusui bayinya tanpa membaca buku tentang cara menyusui, bahkan ibu yang buta huruf mampu untuk menyusui bayinya. Kebanyakan perempuan memilih untuk segera menyusui bayinya setelah melahirkan dan pada minggu keenam masa nifas terdapat kurang dari 60 persen perempuan yang masih menyusui bayinya ( Jones, 2002 ).
Persiapan memberikan ASI dilakukan sejak dalam masa kehamilan. Pada waktu hamil payudara akan semakin penuh karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar- kelenjar payudara sehingga terasa tegang dan nyeri. Bersama dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk proses menyusui makin tampak. Hal itu tampak dari payudara semakin membesar, putting susu semakin menonjol, areola mammae semakin menghitam ( mengalami hiperpigmentasi ) dan pembuluh darah semakin tampak. Dalam rangka menyempurnakan pembentukan ASI maka kedua payudara harus diperlakukan sama untuk menghindari terjadinya stagnasi dan tersumbatnya saluran susu serta untuk menghindari kemungkinan infeksi payudara ( Manuaba, 1998).
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham akan masalah itu, kegagalan menyusui sering dianggap problem pada anak saja. Masalah dari ibu yang sering timbul selama menyusui dapat dimulai sejak masa kehamilan, pada masa pasca persalinan dini, dan masa pasca persalinan lanjut. Masalah yang sering timbul pada masa kehamilan antara lain kurang / salah informasi, putting susu tenggelam ( retracted ), atau putting susu datar. Sedangkan masalah menyusui pada masa pasca persalinan dini antara lain putting susu datar ataupun tenggelam, putting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, dan mastitis sampai terjadi abses payudara
( Suradi, 2004).
Salah satu masalah menyusui pada masa nifas adalah bendungan ASI ( engorgement of the breast ). Bendungan ASI terjadi kerena penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjar- kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna karena kelainan pada putting susu. Keluhan yang dirasakan antara lain payudara terasa berat, bengkak, keras, dan nyeri. Pencegahan terjadinya bendungan payudara sebaiknya dimulai sejak hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya masalah pada payudara (Mochtar, 1998).
Salah satu cara mengatasi masalah menyusui tersebut dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan payudara. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya dalam informasi, pengetahuan pada masyarakat untuk berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan. Dampak yang timbul dari cara ini terhadap perilaku kesehatan masyarakat akan memakan waktu lama. Namun apabila perilaku tersebut diadopsi masyarakat, maka akan langgeng bahkan selama hidup dilakukan ( Notoadmojo, 2003 ). Pendidikan kesehatan pada akhirnya bukan hanya meningkatkan pengetahuan atau kesadaran pada masyarakat saja, namun yang lebih penting adalah mencapai perilaku kesehatan.
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI sesuai dengan prosedur penatalaksanaan pada masalah payudara bendungan ASI.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengkaji data subjektif maupun objektif pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan data, menegakkan diagnosa, mengenali masalah dan menentukan kebutuhan pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa potensial pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
Mahasiswa mampu menentukan antisipasi tindakan segera dan melaksanakannya pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
Mahasiswa mampu menentukan tindakan sesuai rencana yang dibuat.
Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.
Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Anatomi Payudara
Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, berglandular pada anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsur untuk mensekresi susu untuk makan bayi.
Struktur makroskopis
1) Cauda Axillaris
Cauda Axillaris adalah jaringan payudara yang meluas ke axilla.
2) Areola
Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanitayang berkulit coklat, dan warna tersebut menjadi lebih gelap waktu hamil.
3) Papilla Mammae
Papilla Mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) keempat. Papilla mamae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 cm, tersusun atas jaringan erktil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan Papilla Mammae berlubang-lubang berupa ostium papillarre kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer.
Struktur Mikroskopis
Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jarinagn lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa.
Setiap lobus tersusun atas bangun sebagai berikut :
1) Alveoli
Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut acini yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang disebut sel keranjang, apabila sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer.
2) Tubulus Lactifer
Tubulus Lactifer merupakan saluran kecil yang berhubungan dengn alveoli.
3) Ductus Lactifer
Ductus Lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
4) Ampulla
Ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat penyimpanan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.
2. Fisiologi Laktasi
Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Ketika bayi menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju reservoir susu yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan, dimana yubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara (Saleha, 2009).
Produksi Air Susu Ibu
Prolaktin merupakan hormon yang disekresi oleh glandula pituitari anterior, penting untuk produksi air susu ibu. Dalam sirkulasi maternal kadar hormon ini meningkat. Kerja hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepasnya pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur turun sampai tingkat pada dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin (verralls, 1997)
Pengeluaran Air Susu
1) Reflek Produksi
Hisapan bayi pada payudara merangsang produksi hormon prolaktin yang akan menyebabkan sel-sel sekretori dan alveoli untuk memproduksi susu yang akan disiapkan dalam lumen. Pembendungan ASI yang terjadi dalam alveolus akan menyebabkan adanya penekanan pada pembuluh darah, sehingga akan menyebabkan penurunan prolaktin dalam darah sehingga sekresi ASI berkurang (Mommies, 2006)
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari kurang seringnya menyusui atau memerah payudara, bayi tidak bisa menghisap secara efektif dan kurangnya gizi ibu. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah frekuensi pemberian susu, berat bayi saat lahir, usia kehamilan saat melahirkan, usia ibu dan paritas, stress dan penyakit akut, merokok, mengkonsumsi alkohol dan penggunaan pil kontrasepsi (Saleha, 2009)
2) Reflek Let Down
Hisapan bayi pada payudara dapat merangsang produksi hormon oksitosin yang akan menyebabkan kontraksi sel yang terdapat dalam lumen, masuk ke dalam sinus lacteal di daerah areola. Reflek let down ini sangat sensitif terhadap faktor kejiwaan ibu dan proses produksinya dapat terhambat jika ibu lelah, merasa malu atau tidak pasti. Produksi ASI akan lancar apabila ibu merasa bangga dan yakin akan kemampuannya menyusui.
Faktor-faktor yang akan meningkatkan reflek let down antara lain : melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan memikirkan untuk menyusui bayi (saleha 2009).
3. Masalah yang Sering Timbul Dalam Masa Laktasi
Masalah yang biasanya timbul dalam pemberian ASI yang disebabkan karena masalah pada payudara antara lain : puting susu rata, puting susu lecet, bendungan payudara, saluran ASI tersumbat, mastitis dan abses payudara. Dan masalah yang sering timbul dari faktor bayi antara lain : bayi bingung puting dan enggan menyusu. Sedangkan masalah lain yang sering timbul adalah adanya sindrom ASI kurang dan ibu bekerja (sarwono, 2005).
4. Engorgement
Pengertian
Engorgement yang biasa disebut dengan payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI yang tidak lancar karena bayi tidak sering menyusu atau terlalu cepat disapih. Dapat pula disebabkan adanya gangguan let down reflex (Sarwono, 2005).
Gejala
Gejala yang biasa muncul bila engorgement terjadi antara lain peyudara terasa penuh, panas, berat dan keras, tidak terlihat mengkilat, edema atau merah. ASI biasanya mengalir lancar dan kadang-kadang menetes keluar secara spontan, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sngat nyeri. Ibu kadang-kadang menjadi demam, namun biasanya akan hilang dalam 24 jam (Tanaya, 2006).
Penyebab
1) Faktor Hormon
Proses pembentukan ASI dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh hormon oksitosin dan hormon prolaktin. Ketika payudara mulai digunakan untuk menyusui, dibawah areola terdapat saluran yang melebar yang disebut sinus lactiferus yang berfungsi untuk menampung air susu (Rianto, 2009)
Setelah bayi lahir dan placenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini fungsi dari hipotalamus yang menghalangi pituitary lactogenic hormone ( prolaktin ) waktu hamil sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflek yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut (Sarwono, 2005)
2) Hisapan Bayi
Proses menyusui tergantung 2 reflek (Sarwono,2005), yaitu :
a)Reflek produksi
Hisapan bayi pada payudra merangsang produksi hormon prolaktin yang akan menyebabkan sel-sel sekretori dan alveoli untuk memproduksi susu yang akan disiapkan dalam lumen
b) Reflek let down
Hisapan bayi pada payudara dapat merangsang produksi hormon oksitosin yang akan menyebabkan kontraksi sel yang terdapat dalam lumen, masuk ke dalam sinus lacteal di daerah areola. Reflek let down ini sangat sensitif terhadap faktor kejiwaan ibu dan proses reproduksinya dapat terhambat apabila ibu lelah, merasa malu, atau tidak pasti. Produksi ASI akan lancar apabila ibu merasa bangga dan yakin akan kemampuannya menyusui.
3) Pengosongan Payudara
Ketika susu mulai masuk menggantikan kolostrum pada hari setelah persalinan, payudara akan menjadi lebih besar, lebih berat dan lebih empuk karena bertambahnya getah bening dan suplai darah. Pada saat ini akan terjadi bendungan ASI apabila ibu tidak cukup sering menyusui bayinya dalam jarak waktu yang lama dan jika menghentikan penyusuan secara mendadak atau payudara tidak dikosongkan secara memadai (Nellson,1995).
Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka sebelum menyusui diusahakan ASI dikeluarkan terlebih dahulu, untuk menghindari bayi tersedak atau enggan menyusu. Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan cara : pengeluaran ASI dengan tangan dan pengeluaran ASI dengan pompa.
4) Cara Menyusui
Menyusui merupakan proses ilmiah dan kadang terlihat amat sangat sederhana, namun bila dilakukan dengan cara yang salah akan menyebabkan terjadinya puting susu lecet, air susu tidak keluar dengan sempurna sehingga akan terjadi pembendungan air susu (Inggrid, 2006)
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya, seperti caranya menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, hisapan bayi yang mengakibatkan puting terasa nyeri, dan masih banyak lagi masalah yang lain. Terlebih pada minggu pertama setelah persalinan seorang ibu lebih peka dalam emosi. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau orang yang disegani, seperti suami, keluarga/ kerabat terdekat atau kelompok – kelompok ibu pendukung ASI dan dokter/ tenaga kesehatan (Christine, 2005)
Saat kembali bekerja, usahakan memerah ASI dan kedua belah payudara minimal empat jam sekali sebanyak tiga kali selama jam kerja (Saleha, 2009).
a)Posisi menyusui
Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat penting. Lecet pada puting susu dan payudara merupakan kondisi tidak normal dalam menyusui, tetapi penyebab lecet yang paling umum adalah posisi dan perlekatan yang tidak benar pada payudara (Varney, 2007)
1.Posisi Madona ( menggendong )
Bayi berbaring miring, menghadap ibu, kepala, leher, punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
2. Posisi Menggendong – menyilang
Bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala, leher dan punggung atas bayi diletakkan pada telapak kontralateral dan sepanjang lengan bawahnya. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
3. Posisi football (atau “mengempit”)
Bayi berbaring miring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara.
4. Posisi Berbaring Miring
Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi paling nyaman bagi ibu yang menjalani penyembuhan setelah melahirkan secara secsio sesaria (Murkoff, 2002 )
b) Lama dan frekuensi menyusui
Rentang frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8-12x setiap hari. Tetapi sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusi bayinya jika bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, digigit semut/ nyamuk, BAB ) atau ibu sudah merasa ingin menyusui bayinya.
Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam ( Inggrid, 2006 ).
Untuk menjaga keseimbangan kedua payudara diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dari payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu mengunakan BH yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
c. Pencegahan dan Penanganan Engorgement
Sekitar hari ketiga setelah melahirkan, sering kali payudara terasa penuh, tegang dan nyeri. Kondisi ini disebabkan karena adanya bendungan pada pembuluh getah bening. Ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Jika keadaan ini berlanjut, maka kulit payudara akan tampak lebih mengkilat dan sering ibu sampai mengalami demam (Suradi 2008 )
1) Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya engorgement apabila memungkinkan, susukan ASI pada bayi segera setelah lahir dengan posisi yang benar, menyusui bayi tanpa jadwal, keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi, melakukan perawatan payudara pasca melahirkan ( postpartum ) secara teratur serta ibu merasa yakin akan kemampuannya menyusui bayinya dan memberikan ASI pada bayinya.
2) Pentalaksanaan
Mempersiapkan alat (2 buah kom sedang masing-masing diisi dengan air hangat dan dingin, 2 buah waslap, 2 buah handuk, minyak kelapa/baby oil secukupnya dan kapas)
Memberitahu ibu bahwa akan melakukan perawatan pada payudara ibu
Meminta ibu untuk melepas pakaian atas dan duduk tegak di kursi
Mengenakan satu handuk melintang di bawah payudara
Mencuci tangan, lalu menuangkan minyak ke kedua belah telapak tangan secukupnya.
Melakukan masasse ringan dengan telapak tangan dari pangkal ke arah areola
Menekan areola dengan ibu jari pada sekitar areola bagian atas dan jari telunjuk pada sisi areola yang lain.
Mengompres dengan air hangat untuk mengurangi stasis pada pembuluh darah dan mengurangi rasa nyeri, dilakukan selang-seling dengan kompres dingin untuk melancarkan aliran darah payudara
Mengeringkan payudara dengan handuk
Merapikan ibu dan membantu ibu memakai pakaian
Membereskan alat dan mencuci tangan
Apabila bayi belum menyusui dengan baik atau kelenjar – kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna maka akan terjadi engorgement ( Hamilton, 1999 )
Macklin, 1988 dan Subekti, 2005 mengatakan bahwa pasangan yang bekerja cenderung melakukan pembagian tugas – tugas kewanitaan tradisional daripada melakukan pembagian tugas – tugas keluarga dimana salah satu pasangan atau keduanya bekerja, khususnya dalam bidang perawatan anak.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kesibukan keluarga dalam pekerjaan akan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian dalam keluarga, maka dengan adanya kesibukan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kejadian kasus engorgement.
Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh ibu nifas, antara lain ( Saleha, 2009) :
a) Kebutuhan Fisik
Istirahat cukup
Makan makanan yang bergizi
Sering menghirup udara segar
Lingkungan yang bersih
b) Kebutuhan Psikologi
Stress setelah melahirkan dapat distabilkan dari dukungan keluarga yang menunjukkan rasa simpati, mengakui dan menghargai ibu.
c) Kebutuhan Sosial
Adanya informasi konkret yang sangat berharga dari ibu – ibu yang berpengalaman sehingga ibu – ibu yang kurang atau tidak berpengalaman dapat meniru tindakan ibu yang dianggap baik.
d) Dukungan Psikososial
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI HARI KETIGA DENGAN PAYUDARA BENGKAK PADA NY “ S ” USIA 34 TAHUN P3Ab2Ah3 DI BPS
Tempat Praktek :
Nomor MR :
Tanggal/jam :
S
Identitas Pasien
IBU SUAMI
Nama : Ny. S Tn. D
Umur : 34 tahun 34 tahun
Agama : Islam Islam
Suku : Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMP SMP
Pekerjaan : Swasta Swasta
Alamat :
Anamnese
Alasan kunjungan
Ibu nifas hari ketiga mengatakan payudara kanan dan kiri terasa penuh dan nyeri
Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali.Kawin pertama umur 23 tahun. Dengan suami sekarang 10 tahun.
Riwayat Menstruasi
Menarche umur 13 tahun. Siklus 28 hari.Teratur. Lama & hari. Encer. Bau amis. Tak Dismenore. HPM : 13 Desember 2010. HPL : 20 September 2010
Riwayat Obstetri
P3 Ab2 Ah3
Hamil ke
Persalinan
Nifas
Tgl lahir
UK
(mg)
Jenis
Petrsalinan
Oleh
Komplikasi
JK
BB Lahir
(gram)
Laktasi
Komplikasi
Ibu
Bayi
1 th 1998 39 spontan dukun tidak ada tidak ada laki2 3100 ya,asi eksklusif tidak ada
2 th 1999 12 abortus dokter tidak ada tidak ada – - – -
3 th 2003 39 spontan dukun tidak ada tidak ada laki2 3500 ya,asi eksklusif tidak ada
4 th 2008 12 abortus dokter tidak ada tidak ada – - – -
5 21/09/10 40+1 spontan bidan tidak ada tidak ada laki2 3700 ya, untuk saat ini hanya ASI tidak ada
Riwayat Kontrasepsi
No JenisAlkon Mulai memakai Berhenti / Ganti Cara
Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Keluhan
1 Pil Th1998 bidan BPS tidak ada Th1998 Bidan BPS tidak ada
Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan dirinya dan keluarganya tidak menderita penyakit seperti darah tinggi, gula, jantung, asma, dan penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, hepatitis B.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Masa Kehamilan : 40+1 minggu
Tempat Persalinan : BPS Sutimah, oleh : bidan
Jenis persalinan : spontan
Komplikasi : tidak ada
Plasenta : lengkap, lahir spontan
Kelainan : tidak ada
Perineum : rupture derajat 2
Perdarahan : kala I : -
kala II : -
kala III : 70 cc
kala IV : 100 cc
Keadaan BBL
Lahir tanggal : 21September 2010 jam 00.50 WIB
PB/BB : 49 cm/3700 gram
Cacat bawaan : tidak ada
Riwayat post partum
Nutrisi
Makan : 3x per hari ; nasi, sayur, lauk, buah
Minum: 9x per hari ; air putih, susu, teh
Eliminasi,
BAB : 1x per hari
BAK : 5x per hari
Istirahat : ½ jam siang, 7 jam malam
Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 x perhari, ganti celana dalam 3 x perhari, ganti pembalut 3 x perhari, cebok dari depan ke belakang
Ambulasi
Ibu sudah bisa jalan-jalan
Laktasi
Asi keluar lancar, payudara terasa tegang dan penuh
Riwayat Psikososial
Pengetahuan ibu tentang proses menyusui
Ibu mengatakan menyusui bayinya dengan posisi duduk ditempat tidur
Pengalaman ibu menyusui pada persalinan yang lalu
Ibu mengatakan pengalaman waktu menyusui pada persalinan yang lalu belum pernah mengalami payudara yang penuh dan terasa nyeri
O
Pemeriksaan Umum
KU : baik
Kesadaran : CM
BB : 65kg
Suhu : 37o C
TD : 110/70 mmHg
Nafas : 20 x permenit
Pemeriksaan Khusus
Kepala
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah
muda, tidak ada odem palpebra
Wajah : Segar, tidak pucat, tidak ada odem
Mulut : Bibir lembab, warna merah muda, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid/limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis
Payudara
Bentuk : simetris, membesar, payudara kanan dan kiri tegang dan agak keras
Puting susu : bersih, menonjol
Asi : keluar lancar
Abdomen
Bentuk : dinding perut longgar
Bekas luka : tidak ada
TFU : pertengahan pusat dengan simfisis, teraba keras, kontraksi baik
Ekstermitas
Odem : tidak ada
Varises : tidak ada
Reflek patella : + / +
Genetalia luar
Odem : tidak ada
Varises : tidak ada
Bekas luka : jahitan perineum
Jahitan : masih basah
Sekret : pengeluaran lochea sanguinolenta, berwarna merah, bau amis khas darah, jumlah satu kali ganti pembalut
Anus : tidak ada hemoroid
A
Tanggal 23 September 2010
Diagnosa kebidanan
Seorang Ny ‘S’ umur 34 tahun P 3 Ab 2 Ah 2 nifas hari ke tiga, dengan payudara bengkak, kontraksi baik , TFU pertengahan pusat dengan simpisis, lochea sanguinolenta
Diagnosa potensial
Payudara bengkak karena produksi ASI yang terlalu banyak potensial menjadi mastitis payudara bila tidak segera ditangani
P
Tanggal 23 September 2010
Memberitahukan kepada ibu bahwa kondisi ibu baik, rahim dalam proses kembali ke keadaan sebelum hamil, dan payudara kanan dan kiri mengalami pembengkakan.Ibu mengerti keadaannya bahwa payudaranya bengkak
Melakukan perawatan pada payudara bengkak, serta mengajarkan pada ibu. Mempersiapkan alat (2 buah kom sedang masing-masing diisi dengan air hangat dan dingin, 2 buah waslap, 2 buah handuk, minyak kelapa/baby oil secukupnya dan kapas)
Memberitahu ibu bahwa akan melakukan perawatan pada payudara ibu
Meminta ibu untuk melepas pakaian atas dan duduk tegak di kursi
Mengenakan satu handuk melintang di bawah payudara
Mencuci tangan, lalu menuangkan minyak ke kedua belah telapak tangan secukupnya.
Melakukan masasse ringan dengan telapak tangan dari pangkal ke arah areola
Menekan areola dengan ibu jari pada sekitar areola bagian atas dan jari telunjuk pada sisi areola yang lain.
Mengompres dengan air hangat untuk mengurangi stasis pada pembuluh darah dan mengurangi rasa nyeri, dilakukan selang-seling dengan kompres dingin untuk melancarkan aliran darah payudara
Mengeringkan payudara dengan handuk
Merapikan ibu dan membantu ibu memakai pakaian
Membereskan alat dan mencuci tangan
Perawatan payudara sudah dilakukan
Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang benar dan menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan seperti yang sudah dilakukan di rumah untuk mengatasi payudara bengkak yang dialami ibu. Lakukan sesuai kebutuhan / sampai ibu merasa nyaman. Serta menganjurkan ibu untuk menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
Ibu dapat menjelaskan kembali, dan akan melakukannya di rumah.
Memberitahu ibu bahwa jahitannya masih basah dan menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat kelamin dengan cara : cebok dengan sabun kemudian dibilas degan air mengalir sampai bersih dari depan ke belakang, kompres jahitan dengan kassa betadin 1-2 menit / terasa perih supaya jahitan lekas kering dan tak infeksi, ganti pembalut sebelum penuh, serta tidak terlalu sering menyentuh jahitan.
Ibu mengerti cara menjaga kebersihan alat kelamin dan akan melaksanakan sesuai anjuran bidan.
Melakukan kontrak kunjungan ulang tanggal 29 September 2010 untuk kontrol nifas dan mengimunisasikan bayinya atau jika ada keluhan.
Ibu bersedia kontrol nifas dan mengimunisasikan anaknya.
B. PEMBAHASAN
Dari pengkajian data subjektif didapat informasi bahwa payudara terasa penuh dan nyeri,serta dalam data objektif didapatkan hasil pemeriksaan bahwa payudara kanan dan kiri tegang dan agak keras yang merupakan ciri-ciri payudara bengkak sehingga diagnose kebidanannya adalah Seorang Ny ‘S’ umur 34 tahun P3 Ab2 Ah2 nifas hari ke tiga, dengan payudara bengkak, kontraksi baik , TFU pertengahan pusat dengan simpisis, lochea sanguinolenta.
Dari diagnosa kebidanan yang tepat, maka planning yang dibuat bisa tepat dalam mengatasi masalah. Cara mengatasi payudara bengkak yang dilakukan pada pasien sudah sesuai dengan teori.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil asuhan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa asuhan yang diberikan sesuai dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan payudara bengkak :
Pengkajian data dilakukan secara menyeluruh yang meliputi identitas, anamnesa, data subjektif dan objektif.
Hasil pemeriksaan didapat TD : 110/70 mmHg, R : 20x/menit, S : 36,7 oC, TFU : pertengahan pusat dengan sympisis, lochea sanguinolenta.
Berdasarkan pengkajian dan pemeriksaan dapat ditentukan diagnosa kebidanannya adalah Ny “S” umur 34 tahun P 3 Ab 2 Ah 3 nifas hari ke tiga, dengan payudara bengkak, kontraksi baik, TFU pertengahan pusat dengan simpisis, lochea sanguinolenta
B. SARAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan payudara bengkak, penulis menyarankan agar :
Bagi pasien :
Agar ibu jangan sampai takut menyusukan ASInya pada payudara yang bengkak supaya menurunkan ketegangan payudara serta lebih sering menyusui bayinya (on demand)
Bagi mahasiswa dapat menerapkan segala pengetahuan yang didapatkan baik yang di kampus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar